Sejarah Desa
ASAL USUL DESA MLANDI
Menurut keterangan dan cerita yang berkembang di masyarakat bahwa asal kata desa MLANDI adalah diambilkan dari nama pendiri desa yaitu Kyai MELAN ( hingga saat ini belum bisa dipastikan apakah MELAN juga memiliki nama atau gelar lain yang dimungkinkan seorang Kyai dalam artian ulama atau Kyai dalam artian sesepuh yang bisa jadi seorang resi atau yang lainnya ) hal ini bisa dikaitkan dengan legenda dongeng mengenai dieng pada jalur penjuru angin tenggara berkaitan dengan Kyai Karim dan lain sebagainya ) Adapun kyai MelaN ini adalah mertua dari Kyai KARIM yang kemudian menetap di Kalibeber sebagai keterkaitan hal tersebut di buktikan dengan sebuah peninggalan yang berupa parit atau sungai kecil yang berfungsi sebagai saluran irigasi yang diyakini dibuat oleh kyai karim yang pada saat itu diperintah oleh mertuanya ( Kyai MELAN ) sebagai wujud pengabdian seorang menantu . Dasar dari perintah tersebut adalah bagaimana kyai Melan melihat kondisi tempat tinggal Kyai karim ( Kalibeber) yang begitu melimpah air bahkan diceritakan menjadi berber ( berlebihan ) air / sungai . Sehingga diperintahkan kepada kyai karim untuk membagi sedikit aliran air yang berasal dari telaga cebong dan curuq si karim untuk dialirkan ke wilayah mlandi .
Singkat cerita kyai karim menyanggupi hal tersebut meski dengan perasaan yang kurang lega , hingga pada suatu malam Kyai Karim menuju petilasan beliau didepan curuq sikarim untuk sholat dan memohon petunjuk Allah SWT ( tempat sholat tersebut saat ini dikenal sebagai “WATU LANGGAR”/musholla) , kemudian diyakini atas petunjuk Allah dalam perjalanan pulang Kyai karim menyeret tongkatnya dari curuk Sikarim hingga desa Mlandi dan bekas goresan tongkat tersebut dialiri air dan menjadi Parit ( Wangan) .
Tepat ditengah tengah wilayah desa mlandi terdengar adzan subuh sehingga Kyai karim berhenti untuk sholat ( tempat sholat ini lebih dikenal dengan sebutan “WATU (batu) KLIMIS” ) karena istirahat sholat inilah aliran air menjadi terbendung dan tumpah ruah keberbagai arah dan pecah menuju desa larangan Lor ( tempat ini kemudian dinamai “WANGAN JEBLUK “ ( kali pecah ) , hingga saat ini aliran sungai tersebut masih difungsikan dengan baik sebagai saluran irigasi desa Mlandi.
Desa Mlandi sejak Jaman Prasejarah merupakan Jalur Sutra baik merupakan jalur perdagangan antar wilayah maupun jalur transfer informasi dan pendidikan maupun sejarah perang gerilya Rute ini meliputi jalur dari Wonosobo - Kalibeber – Dadapan – Mlandi –Seterus – Kawasan dieng – Batur s/d Pekalongan ) , terkenal dengan sebutan jalan BATARAWI.
Jalur perjuangan ini dibuktikan dengan terjadinya agresi militer belanda tahun 1949 di Desa Mlandi yang menyebabkan kematian putra asli Mlandi yang menjadi tentara pejuang bernama (Rahmad) yang ditembak mati oleh tentara belanda di sebelah jembatan perbatasan Mlandi – Gandoran dan saat ini dimakamkan di taman mekam pahlawan Suropati. Rohmad adalah putra dari Ahmad Astro. ( kades ke III ).
Pada masa pemerintahan Abu Ahmad bersamaan dengan acara lomba desa yang saat itu Mlandi mewakili wonosobo pada tingkat Provinsi. Di buatlah dan disepakati sebuah sesanti atau ujaran / kepanjangan (saat ini lebih dikenal dengan slogan sebuah wilayah).
Dari kata dasar MLANDI yang apabila diterjemahkan menjadi M (Mbangun Desa) L (Labuh Negara) A (Amrih Karta Raharja) N (Nuju) D (Desa) I (Idaman Idamaning Bangsa).
Dari sesanti atau slogan tersebut terlihat jelas bahwa pada masa tahun 60-an pemerintahan Mlandi sudah berupaya merumuskan sebuah pola pembangunan dari desa untuk negara. Yang bahkan saat ini sudah menjadi nawacita pemerintahan Jokowi. Sebagaimana telah dirumuskan di desa Mlandi dalam sebuah slogan dan tujuan besar dengan “MBANGUN DESA LABUH NEGARA AMRIH KERTA RAHARJA NUJU DESA IDAM-IDAMANING BANGSA”.